Nama Gunung Gandul, sudah dikenal jauh sebelum objek wisata lain di
Kabupaten Wonogiri dikenal orang. Meski kini nyaris dilupakan sebagai
objek wisata, gunung ini ternyata masih menarik disinggagi. Berikut
wartawan SOLOPOS, Tika Sekar Arum, menceritakan kunjungannya.
Banyak
jalan untuk mendaki Gunung Gandul. Jangan dibayangkan mendaki gunung
yang hanya butuh waktu tempuh
15 menit dari pusat Kabupaten Wonogiri ini
seperti mendaki gunung pada umumnya sebabsudah ada jalan beraspal
menuju puncak gunung. Pendakian Gunung Gandul yang berada di Kelurahan
Giriwono ini bisa dilakukan dengan sepeda motor atau jalan kaki.
Saya
mendaki gunung tersebut akhir Maret 2013 lalu melalui jalan kampung
yang pintu masuknya berada di sebelah timur RSUD Soediran Mangun
Soemarso (SMS) Wonogiri. Saya pilih jalan kaki, sebab selain bisa
menikmati pemandangan hijau pepohonan, perjalanan ke puncak Gunung
Gandul sama saja berolah raga. Ada jalan beraspal selebar kurang dari
tiga meter yang menanjak. Panjang jalan yang berkelok-kelok tersebut
mencapai lebih dari satu kilometer.
Sepanjang perjalanan ke puncak
gunung selain ada pohon dan tanaman hijau, saya bisa menikmati
pemandangan batu berukuran besar yang bentuk serta warnanya unik. Di
balik tanaman hijau, tampak perumahan, sawah, sungai dan genangan air
waduk yang berada di bawah gunung. Jika sedang beruntung pengunjung juga
bisa melihat monyet bergelantungan di pohon.
Jalan Salib
Sayangnya,
jalan beraspal itu tidak sampai persis di puncak gunung. Jalan itu
menuju semacam tanah lapang yang dikelilingi batu hanya beberapa meter
dari puncaknya. Di tanah tersebut umat Katolik Wonogiri biasa mengadakan
rangkaian peringatan Paskah berupa Jalan Salib.
Untuk mencapai
puncak, pengunjung harus mendaki batu besar. Butuh waktu kurang dari
lima menit untuk mencapai puncak. Pengunjung harus pandai-pandai mencari
pegangan dan menjaga keseimbangan agar tidak jatuh ke lereng gunung.
Tokoh
umat Katolik Kabupaten Wonogiri, Lilik Dwi Sularyanto, belum lama ini,
mengatakan dengan semakin dikenalnya prosesi Jalan Salib, Gunung Gandul
kembali dikenal sebagai objek wisata pilihan. Bahkan, menurutnya, tak
jarang rombongan umat Katolik dari luar Wonogiri sengaja datang untuk
melihat prosesi Jalan Salib atau menyambangi lokasi tempat Jalan Salib
biasa digelar di luar pelaksanaan acara.
“Kami sudah mengusulkan
ke Pemkab agar Gunung Gandul kembali dikembangkan jadi lokasi wisata.
Bisa dimulai dengan wisata religi. Kami yakin kalau dikelola dengan baik
akan bagus,” ungkap Lilik.
Di sisi lain, Pemkab Wonogiri
sebenarnya pernah menggagas rencana pengembangan objek wisata Gunung
Gandul sekitar 10 tahun silam. Sekretaris Dinas Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Wonogiri, Sentot Sujarwoko,
menceritakan 10 tahun lalu Pemkab pernah merancang desain pembangunan
kereta gantung antara Gunung Gandul menuju pusat kota kabupaten,
tepatnya di belakang Kantor Pos Wonogiri.
Namun, rencana tersebut
urung terlaksana. Pemkab membutuhkan miliaran rupiah untuk merealisasi
mega proyek itu. Di samping itu, Sentot menambahkan Gunung Gandul masih
membutuhkan penanganan terutama di musim kemarau.
Di musim hujan
pepohonan memang tampal hijau namun pada musim kering gunung tersebut
menjadi gundul. “Kalau ingin dikembangkan jadi objek wisata mungkin
perlu hujan buatan setiap musim kemarau agar pepohonan hijaunya terjaga
sepanjang tahun,” pungkas Sentot.
Terlepas dari kekurangannya,
Gunung Gandul memang layak jadi objek wisata pilihan di Wonogiri. Tak
salah jika anak-anak Wonogiri zaman dahulu mendambakan piknik ke Gunung
Gandul setiap libur sekolah. Perlu campur tangan Pemkab agar gunung yang
telah jadi ikon Wonogiri itu tidak hanya jadi ajang kencan para remaja.
sumber: Solopos