NGRAMPAL - Tidak semua barang bekas adalah barang yang tidak
bermanfaat lagi. Akan tetapi bagaimana barang bekas itu mampu kita kelola
sehingga mempunyai sebuah nilai dan faedah yang lebih. Bahkan jika kita sedikit
kreatif barang bekas itu kemudian akan menjadi sebuah ladang bisnis yang
menguntungkan.
Di Kecamatan Ngrampal terdapat pengrajin sandal atau penjual
sandal. Sandal buatan warga ini dikenal dengan nama sandal bandol atau sandal ban
bodol (ban bekas). Diberi nama seperti itu karena bahan dasar sandal terbuat
dari limbah ban bekas kendaraan seperti truk atau bus.
Ban bekas kendaraan sudah lama dimanfaatkan oleh pengrajin untuk digunakan
sebagai bahan membuat sandal. Namun, seiring perkembangannya ban bekas tidaklah
lagi digunakan sebagai bahan utama pembuat sandal tapi digunakan sebagai alas
sandal. Sedangkan bagian atas sandal kini terbuat dari spon.
Kerajinan Ban bekas ini daya tahannya bisa mencapai puluhan tahun, Malah yang
kalah daya tahan karena karat justru pakunya. Selama itu, paku yang lebih
banyak diganti sedangkan ban bekasnya masih tampak utuh.
Sayangnya, belum banyak yang mau mengembangkan kerajinan yang bisa dibilang bahan bakunya tidak akan pernah habis serta mudah didapat dan murah ini. Nilai ekonomis yang cukup menjanjikan dari kerajinan ini bisa dilihat dari harga produknya yang cukup baik.
Sayangnya, belum banyak yang mau mengembangkan kerajinan yang bisa dibilang bahan bakunya tidak akan pernah habis serta mudah didapat dan murah ini. Nilai ekonomis yang cukup menjanjikan dari kerajinan ini bisa dilihat dari harga produknya yang cukup baik.
Pengrajin sandal bandol dalam sehari, dapat menghasilkan
5-10 kodi, satu kodi berisi 20 pasang. Harganya cukup murah, di tingkat penjual
eceran harga sepasang sandal bandol dipatok sekitar Rp 15.000, sedangkan harga
dari pengrajin Rp 10.000.
Ban bekas bisa didapatkan dengan harga yang cukup murah. Ban bekas fuso sebagai
bahan yang terbilang paling besar dan mahal hanya dibeli dengan harga sekitar
Rp 20 ribu per buah. Ban bekas mobil biasa, harganya hanya Rp 1.000. Bahkan
tidak jarang ban bekas didapatkan secara gratis seperti ban sepeda motor.
Membuat kerajinan dengan ban bekas bukanlah hal mudah
mengingat pengolahannya yang cukup rumit. “Gampang-gampang susah,” Dibutuhkan
keahlian khusus untuk mengolahnya, mulai dari mengupas pelapis luar ban,
melipat, membalik hingga proses memaku saat pembuatan. Tidak sembarang orang
bisa memaku setiap sambungan ban bekas saat membuat kerajinan. Kawat-kawat
kecil padat yang berada dalam ban membuatnya relatif sulit saat dipaku.
Mengupas ban-ban bekas fuso yang terbilang besar dan berat adalah tantangan
tersendiri buat kami, karena ban-ban tersebut cukup dikuliti menggunakan silet
atau pisau lipat berukuran kecil.
Peminat sandal di pasaran sangat banyak. Terbukti dengan
pemasaran sandal bandol tersebut mencakup hingga seluruh lapisan masyarakat.
Tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti sandal bandol dari limbah ban bekas
ini dapat menembus pasar luar negeri.
Banyaknya industri rumahan dari pemanfaatan barang-barang bekas termasuk ban
bekas dan pasti dapat menyerap banyak tenaga kerja. Sudah tentu hal itu dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat. Sungguh sebuah berkah dari limbah yg
terbuang dengan sentuhan kreativitas dan keuletan bisa mendatangkan rejeki yang
luar biasa. (pj/yl).
sumber: Pemkab Sragen