Kamis, 16 Mei 2013

SANDAL BANDOL DARI NGRAMPAL

NGRAMPAL - Tidak semua barang bekas adalah barang yang tidak bermanfaat lagi. Akan tetapi bagaimana barang bekas itu mampu kita kelola sehingga mempunyai sebuah nilai dan faedah yang lebih. Bahkan jika kita sedikit kreatif barang bekas itu kemudian akan menjadi sebuah ladang bisnis yang menguntungkan. 
Di Kecamatan Ngrampal terdapat pengrajin sandal atau penjual sandal. Sandal buatan warga ini dikenal dengan nama sandal bandol atau sandal ban bodol (ban bekas). Diberi nama seperti itu karena bahan dasar sandal terbuat dari limbah ban bekas kendaraan seperti truk atau bus.
Ban bekas kendaraan sudah lama dimanfaatkan oleh pengrajin untuk digunakan sebagai bahan membuat sandal. Namun, seiring perkembangannya ban bekas tidaklah lagi digunakan sebagai bahan utama pembuat sandal tapi digunakan sebagai alas sandal. Sedangkan bagian atas sandal kini terbuat dari spon. 
Kerajinan Ban bekas ini daya tahannya bisa mencapai puluhan tahun, Malah yang kalah daya tahan karena karat justru pakunya. Selama itu, paku yang lebih banyak diganti sedangkan ban bekasnya masih tampak utuh.
Sayangnya, belum banyak yang mau mengembangkan kerajinan yang bisa dibilang bahan bakunya tidak akan pernah habis serta mudah didapat dan murah ini. Nilai ekonomis yang cukup menjanjikan dari kerajinan ini bisa dilihat dari harga produknya yang cukup baik.  
Pengrajin sandal bandol dalam sehari, dapat menghasilkan 5-10 kodi, satu kodi berisi 20 pasang. Harganya cukup murah, di tingkat penjual eceran harga sepasang sandal bandol dipatok sekitar Rp 15.000, sedangkan harga dari pengrajin Rp 10.000.  
Ban bekas bisa didapatkan dengan harga yang cukup murah. Ban bekas fuso sebagai bahan yang terbilang paling besar dan mahal hanya dibeli dengan harga sekitar Rp 20 ribu per buah. Ban bekas mobil biasa, harganya hanya Rp 1.000. Bahkan tidak jarang ban bekas didapatkan secara gratis seperti ban sepeda motor. 
Membuat kerajinan dengan ban bekas bukanlah hal mudah mengingat pengolahannya yang cukup rumit. “Gampang-gampang susah,” Dibutuhkan keahlian khusus untuk mengolahnya, mulai dari mengupas pelapis luar ban, melipat, membalik hingga proses memaku saat pembuatan. Tidak sembarang orang bisa memaku setiap sambungan ban bekas saat membuat kerajinan. Kawat-kawat kecil padat yang berada dalam ban membuatnya relatif sulit saat dipaku. Mengupas ban-ban bekas fuso yang terbilang besar dan berat adalah tantangan tersendiri buat kami, karena ban-ban tersebut cukup dikuliti menggunakan silet atau pisau lipat berukuran kecil. 
Peminat sandal di pasaran sangat banyak. Terbukti dengan pemasaran sandal bandol tersebut mencakup hingga seluruh lapisan masyarakat. Tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti sandal bandol dari limbah ban bekas ini dapat menembus pasar luar negeri. 
Banyaknya industri rumahan dari pemanfaatan barang-barang bekas termasuk ban bekas dan pasti dapat menyerap banyak tenaga kerja. Sudah tentu hal itu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Sungguh sebuah berkah dari limbah yg terbuang dengan sentuhan kreativitas dan keuletan bisa mendatangkan rejeki yang luar biasa. (pj/yl).    
sumber: Pemkab Sragen