Senin, 25 Februari 2013

GETUK YOKO KURUNG, Menjaga Rasa Hingga 40 Tahun

Siapa tak kenal salah satu kuliner di Klaten ini. Meski hanya sebuah snack, namun panganan ini cukup ngangeni. Ya, getuk Yoko. Getuk yang dijual di sebuah warung kecil di pinggir jalan uatam Kecamatan Ceper dan Pedan atau sebelah selatan Balaidesa Kurung, Ceper ini, menjadi telah langganan pencinta kuliner Tanah Air.
Rasa manis di getuk ini sangat terasa di lidah. Selain itu, teksturnya lembut. Ada beberapa pilihan aroma yang
ditawarkan, seperti aroma coklat dan selai gulung.
“Rasa yang banyak disukai pembeli adalah rasa coklat. Tetapi ya itu selera mereka masing-masing. Rasa getuk ini tak pernah berubah. Ibu mertua yang kini masih ada selalu menjaga cita rasa getuk sehingga para pelanggan masih dengan setia datang kemari untuk membeli getuk yang kami namai Getuk Yoko ini,” ujar Indah, 35, pengelola warung itu kepada Solopos.com, Jumat (22/2/2013).
Menurut Indah, usaha itu dirintis oleh ibu mertuanya, Sujiyem, sejak 1974. Saat itu, kata dia, sang ibu mertua menjajakan getuknya di daerah Pedan. Barulah pada 1976, warung itu mulai menetap di lokasi yang saat ini mereka tempati.
“Kami menyediakan pilihan paket harga dari yang termurah Rp5.000. Ada juga paket Rp10.000 atau Rp15.000. Tetapi, kebanyakan yang datang kemari adalah orang luar kota. Mereka penikmat kuliner yang tak berhitung dengan uang untuk menikmati jajanan tertentu. Sekali datang, mereka dapat menghabiskan uang sampai Rp200.000. Sehari, kami menyediakan 50 kg singkong. Kalau hari Minggu, bisa sampai dua kali lipat,” paparnya.
Selain orang luar kota, banyak pegawai dari instansi-instansi di Klaten yang khusus datang ke warungnya membeli getuk. Bahkan, ujar Indah, banyak warga Kurung yang merantau ke tempat jauh, seperti Jakarta, ketika pulang, selalu menyempatkan diri datang ke warungnya untuk bernostalgia.
“Rasa getuk di tempat kami membuat mereka [pelanggan] seolah kembali ke masa lalu. Bahan dan bumbu getuk ini tak pernah diubah. Untuk menyiasati naiknya harga bahan, biasanya kami kecilkan ukurannya, tetapi bukan kualitasnya,” tambahnya.
Ia mengaku baru memiliki satu cabang yang ada di Klaten kota. Sang ibu mertua, lanjutnya, masih kukuh pendirian untuk tak mewaralabakan Getuk Yoko kepada peminat yang banyak berdatangan ke warung tersebut.
Kades Kurung, Sarosa, mengakui Getuk Yoko sebagai getuk dengan kualitas wahid di wilayahnya. Ia mengapresiasi dan mendukung usaha itu sebagai ikon desa di mata masyarakat luas.
sumber :http://www.solopos.com