KARANGANYAR – Lebih kurang 20% kios di Pasar Jungke,
Karanganyar, mangkrak karena ditinggalkan pemiliknya sejak beberapa
bulan terakhir. Sebagian penjual memilih menutup kiosnya lantaran sepi
pembeli.
Menurut seorang pedagang sayuran asal Mandungan,
Ngadiyem, 70, sebagian pedagang memilih berhenti berjualan karena
kehabisan modal. “Hla di sini sepi sekali, hasil jualannya
enggak bisa menutup modal, jadi banyak yang
bangkrut terus pilih tutup,”
urai dia. Wanita yang telah berjualan di pasar saebelah selatan
Terminal Jungke selama puluhan tahun itu mengaku omzetnya terus menurun
dalam satu tahun terakhir. Namun, dia tetap bertahan berdagang di tempat
itu karena tidak memiliki pilihan lain.
Ngadiyem menduga pasar
tidak lagi ramai dikunjungi pembeli karena banyaknya pedagang oprokan
yang berjualan di emperan pasar. “Yang menarik karcis itu enggak tegas,
harusnya kan enggak boleh ada oprokan, tapi sekarang banyak sekali.
Kalau begitu kan pembeli jadi malas masuk pasar, ya kami yang jadi
enggak laku,” ujarnya.
Pedagang Keliling
Seorang pedagang lainnya, Sutarmi, 50, justru menduga pasar menjadi sepi karena menjamurnya pedagang sayur keliling berberonjong. Menurutnya, jumlah pedagang keliling di Karanganyar mencapai angka ratusan. Mereka biasa menjajakan sayuran ke desa-desa dengan harga eceran, sehingga masyarakat menjadi enggan berbelanja ke pasar.
Seorang pedagang lainnya, Sutarmi, 50, justru menduga pasar menjadi sepi karena menjamurnya pedagang sayur keliling berberonjong. Menurutnya, jumlah pedagang keliling di Karanganyar mencapai angka ratusan. Mereka biasa menjajakan sayuran ke desa-desa dengan harga eceran, sehingga masyarakat menjadi enggan berbelanja ke pasar.
Sebagian pedagang
lainnya mengatakan pendapat senada. Mereka menuding pedagang sayur
keliling sebagai penyebab sepinya pasar. “Hla sekarang kalau pagi
pedagang beronjongan sudah keliling kampung, belinya bisa ngecer, kalau
enggak punya uang bisa ngutang, pedagang pasar seperti kami ya jelas
kalah,” imbuh seorang pedagang sembako, Khotijah.
Khotijah juga
mengeluhkan jumlah minimarket yang kian menjamur di Bumi Intan Pari.
Akibatnya, pasar tradisional yang bangunannya kurang memadai semakin
ditinggalkan. Oleh sebab itu, dia berharap wacana perbaikan Pasar Jungke
segera terealisasi. Pasalnya, pasar itu belum pernah tersentuh
perbaikan sejak 10 tahun terakhir, sehingga kondisinya cukup
memprihatinkan. “Kalau bisa diperbaiki saja, enggak usah direvitalisasi
atau ditingkat. Tapi kalau memang diperbaiki pedagang jangan dimintai
bayaran lagi, kami takutnya nanti malah disuruh bayar mahal,” harapnya.
sumber:Solopos