SRAGEN–Pesatnya pertumbuhan usaha kerajinan mebel
ternyata tak lantas membuat pengrajin di Kecamatan Kalijambe, Sragen
bernapas lega. Pasalnya mereka kesulitan memenuhi banyaknya pesanan
karena kelangkaan bahan baku utama, yakni kayu akasia dan kayu jati.
Kayu
akasia yang menjadi bahan baku mebel favorit bagi pemesan asal luar
Jawa menjadi barang yang sangat berharga bagi para pengrajin. Tak
jarang, mereka harus berebut untu
k mendapatkan kayu yang dikirimkan dari
Pacitan itu.
“Kalau menuruti pesanan sebulan bisa ratusan,
masalahnya bahan bakunya yang enggak cukup, lebih sering langka, dalam
setahun bisa 80% langka,” ungkap seorang pengrajin asal Dusun Ngemplak,
Desa Banaran, Kalijambe, Akbarun kepada Solopos.com, Rabu (29/5/2013).
Menurut
Akbarun, pasokan kayu akasia seringkali langka karena bahan baku itu
diperoleh dari hasil budidaya masyarakat. Pemasok tidak bisa menebang
kayu setiap saat untuk memenuhi pesanan pengrajin.
Kelangkaan juga
berimbas pada harga kayu yang terus terkerek secara perlahan.
Beruntung, Akbarun memiliki pemasok langganan langsung dari Pacitan,
sehingga stok bahan baku mebel di tempat usahanya bisa terbilang aman.
Namun,
lanjut dia, tidak semua pengusaha memiliki keberuntungan sepertinya,
terlebih bagi pengrajin bermodal minim. “Kalau mau ambil kayu dari
Pacitan itu modalnya besar, setiap satu kali kirim butuh Rp8 juta hingga
Rp10 juta. Hla kalau yang pengrajin kecil ya enggak mampu kulakan,”
ujar dia.
Padahal, imbuhnya, mayoritas pengrajin mebel di wilayah
Kalijambe merupakan pengusaha berskala kecil dengan modal terbatas.
Akibatnya, mereka harus membeli kayu dari pengecer dengan harga lebih
tinggi. “Saya juga ngecer paling murah per kubik Rp650.000.
Tapi saya lihat-lihat dulu, kalau stok masih aman saya jual, kalau
enggak ya saya pakai sendiri,” ucapnya.
Salah seorang pedagang
mebel di Pasar Meubel dan Konveksi Banaran, Opick, mengaku kelangkaan
bahan baku turut mengerek harga jual mebel setelah finishing. Jika stok
kayu normal, dia bisa memperoleh mebel mentah dari pengrajin mulai dari
harga Rp600.000. Namun, saat kayu langka harga mebel mentah melambung
hingga Rp800.000.
Dia juga seringkali kesulitan memenuhi pesanan mebel dari luar Jawa yang terus menerus meningkat.
“Paling sebulan hanya bisa dapat delapan sampai semilan lemari, padahal pesanannya lebih dari itu,” pungkasnya.
sumber:Solopos