Senin, 25 Februari 2013

HOTEL BARU SOLO: Eks Faroka Jadi Hotel 27 Lantai, Investasi Rp200 Miliar

SOLO—Hotel di kawasan eks Faroka mulai dibangun. Diperkirakan, hotel yang akan berdiri dengan 27 lantai ditambah satu lantai basement itu menghabiskan investasi kisaran Rp200 miliar.
Dimulainya proses pembangunan hotel di kawasan eks Faroka itu ditandai dengan upacara ground breaking, Rabu (20/2). Hotel tersebut dikembangkan oleh PT Catur Putra Jati, yang
sebelumnya sudah membangun Hotel Holiday Inn Express di Semarang. Direktur Utama (Dirut) PT Catur Putra Jati, Edijanto Joesoef, menyampaikan eks Faroka memiliki luas lahan lahan 12.156 meter persegi. Ketinggian 27 lantai itu, diperkirakan setara dengan 124 meter. “Ini bukan yang tertinggi di Jateng. Yang lebih tinggi lagi ada Best Western Semarang yang mencapai 29 lantai.”
Kendati sudah memiliki rencana bahwa hotel itu akan menjadi hotel bintang empat, tetapi sampai saat ini pengembang belum bisa memastikan operator yang bakal mengelola hotel tersebut.
“Operatornya belum tahu. Ini baru penjajakan. Dan dengan tinggi 27 lantai itu, jumlah kamar yang akan kami buka juga masih kami hitung, kurang lebihnya 251 kamar,” kata Edijanto, kepada wartawan, Rabu.
Hotel yang akan menghadap ke Jl Slamet Riyadi itu menyediakan beberapa fasilitas yang hampir sama dengan hotel berbintang lainnya. Mulai dari fasilitas meeting, ballroom, fitness center, kolam renang, open teras dan lain-lain. “Tapi kami akan menghadirkan konsep yang berbeda. Untuk ballroom sendiri sudah kami sediakan seluas 2.100 meter persegi.”
Adijanto menyampaikan rencana pembangunan hotel tersebut sudah dipersiapkan sejak lama. Bahkan, untuk sosialisasi kepada masyarakat sekitar Farokan, butuh waktu hingga 10 bulan.
Pihaknya berharap, proses pembangunan hotel itu bisa selesai dalam waktu 24 bulan. “Tapi dari kontraktor minta selesa 30 bulan. Jadi, kami rencanakan hotel ini beroperasi pertengahan tahun 2015. Dan kami akan membangun hotel dengan konsep green building.”
Konsep itu akan direalisasikan di antaranya dengan pemanfaatan limbah air serta pembuatan vasad jendela yang tidak terlalu luas. “Dengan jendela yang tidak terlalu luas, maka energi yang diperlukan untuk air conditioner (AC) tidak terlalu besar.”
Mengenai potensi pasar, Edijanto optimistis, dengan perkembangan pariwisata di Solo maka akan membawa imbas positif terhadap industri perhotelan. Fasilitas ballroom yang disediakan juga akan mendukung seluruh event besar yang banyak diselenggarakan di Solo. Kendati menurutnya hotel tersebut tidak terletak di pusat kota, tapi dia yakin berdirinya hotel itu akan menjadi ikon baru yang menjadi penanda di pintu masuk Kota Solo.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Solo, Ahyani, menyampaikan hotel di eks Foroka merupakan salah satu hotel dari 15 izin hotel yang masuk, yang siap dibangun tahun ini. Selain Faroka, sebut dia, hotel lain yang siap dibangun tahun ini di antaranya hotel di kawasan Gramedia, hotel di bekas mal Megaland, Hotel Anugrah Palace (HAP) yang akan menjadi D’Wangsa Hotel, serta Hotel Horison di Purwosari. “Untuk Tune Hotel saat ini sudah mulai proses pembangunan. Sementara, Quest Hotel di Jurug masih dalam proses kajian,” kata Ahyani.
Pihaknya sangat mendukung konsep green building yang diusung PT Catur Putra Jati. “Green building itu kan sudah program nasional. Harapannya, untuk hotel-hotel baru yang segera dibangun bisa menerapkan green building.”
Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, berharap masyarakat di sekitar kawasan Faroka memberikan dukungan moral terkait rencana pembangunan hotel tersebut. Pihaknya juga meminta kepada manajemen untuk mempercayakan sebagian kebutuhan tenaga kerja hotel dari masyarakat di sekitar Faroka.
sumber :http://www.solopos.com 
lihat hotel di Solo lebih lengkap