SOLO—Hotel di kawasan eks Faroka mulai dibangun. Diperkirakan, hotel yang akan berdiri dengan 27 lantai ditambah satu lantai basement itu menghabiskan investasi kisaran Rp200 miliar.
Dimulainya proses pembangunan hotel di kawasan eks Faroka itu ditandai dengan upacara ground breaking,
Rabu (20/2). Hotel tersebut dikembangkan oleh PT Catur Putra Jati, yang
sebelumnya sudah membangun Hotel Holiday Inn Express di Semarang.
Direktur Utama (Dirut) PT Catur Putra Jati, Edijanto Joesoef,
menyampaikan eks Faroka memiliki luas lahan lahan 12.156 meter persegi.
Ketinggian 27 lantai itu, diperkirakan setara dengan 124 meter. “Ini
bukan yang tertinggi di Jateng. Yang lebih tinggi lagi ada Best Western
Semarang yang mencapai 29 lantai.”
Kendati sudah memiliki rencana
bahwa hotel itu akan menjadi hotel bintang empat, tetapi sampai saat ini
pengembang belum bisa memastikan operator yang bakal mengelola hotel
tersebut.
“Operatornya belum tahu. Ini baru penjajakan. Dan dengan
tinggi 27 lantai itu, jumlah kamar yang akan kami buka juga masih kami
hitung, kurang lebihnya 251 kamar,” kata Edijanto, kepada wartawan,
Rabu.
Hotel yang akan menghadap ke Jl Slamet Riyadi itu
menyediakan beberapa fasilitas yang hampir sama dengan hotel berbintang
lainnya. Mulai dari fasilitas meeting, ballroom, fitness center, kolam renang, open teras dan lain-lain. “Tapi kami akan menghadirkan konsep yang berbeda. Untuk ballroom sendiri sudah kami sediakan seluas 2.100 meter persegi.”
Adijanto
menyampaikan rencana pembangunan hotel tersebut sudah dipersiapkan
sejak lama. Bahkan, untuk sosialisasi kepada masyarakat sekitar Farokan,
butuh waktu hingga 10 bulan.
Pihaknya berharap, proses
pembangunan hotel itu bisa selesai dalam waktu 24 bulan. “Tapi dari
kontraktor minta selesa 30 bulan. Jadi, kami rencanakan hotel ini
beroperasi pertengahan tahun 2015. Dan kami akan membangun hotel dengan
konsep green building.”
Konsep itu akan direalisasikan di
antaranya dengan pemanfaatan limbah air serta pembuatan vasad jendela
yang tidak terlalu luas. “Dengan jendela yang tidak terlalu luas, maka
energi yang diperlukan untuk air conditioner (AC) tidak terlalu besar.”
Mengenai
potensi pasar, Edijanto optimistis, dengan perkembangan pariwisata di
Solo maka akan membawa imbas positif terhadap industri perhotelan.
Fasilitas ballroom yang disediakan juga akan mendukung seluruh event
besar yang banyak diselenggarakan di Solo. Kendati menurutnya hotel
tersebut tidak terletak di pusat kota, tapi dia yakin berdirinya hotel
itu akan menjadi ikon baru yang menjadi penanda di pintu masuk Kota
Solo.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Tata Ruang Kota
(DTRK) Solo, Ahyani, menyampaikan hotel di eks Foroka merupakan salah
satu hotel dari 15 izin hotel yang masuk, yang siap dibangun tahun ini.
Selain Faroka, sebut dia, hotel lain yang siap dibangun tahun ini di
antaranya hotel di kawasan Gramedia, hotel di bekas mal Megaland, Hotel
Anugrah Palace (HAP) yang akan menjadi D’Wangsa Hotel, serta Hotel
Horison di Purwosari. “Untuk Tune Hotel saat ini sudah mulai proses
pembangunan. Sementara, Quest Hotel di Jurug masih dalam proses kajian,”
kata Ahyani.
Pihaknya sangat mendukung konsep green building yang diusung PT Catur Putra Jati. “Green building itu kan sudah program nasional. Harapannya, untuk hotel-hotel baru yang segera dibangun bisa menerapkan green building.”
Walikota
Solo, FX Hadi Rudyatmo, berharap masyarakat di sekitar kawasan Faroka
memberikan dukungan moral terkait rencana pembangunan hotel tersebut.
Pihaknya juga meminta kepada manajemen untuk mempercayakan sebagian
kebutuhan tenaga kerja hotel dari masyarakat di sekitar Faroka.