BOYOLALI- Sebagai salah satu beras penyangga
pangan Prov. Jateng, Kab. Boyolali berupaya meningkatkan hasil produksi
beras. Salah satu produk yang patut dibanggakan adalah hasil produksi
berasorganik dari para petani Boyolali, yang berhasil mengkespor beras
ke luar negeri. Ekspor perdana ke benua eropa dengan tujuan Negara
Belgia sebanyak satu kontainer untuk tiga jenis beras.
Bupati Boyolali Drs. Seno Samodro menyatakan kebanggaannya,
bahwa para petani Boyolali sudah mampu mengekspor beras ke luar negeri.
Bupati menyampikan dukungan upaya ekspor tersebut, dengan catatan
tentunya para petani harus selalu menjaga kualitas produksi beras
mereka.
Di sisi lain untuk pengembangan produk ekspor pertanian lainnya,
Bupati menyatakan disamping dukungan, juga akan membantu peralatan
kemas, vacum press, serta siap menanggug biaya sertifikasi
produk. Pasalnya, sertifikasi produk diakui cukup mahal bagi para
petani, yakni di kisaran Rp 80 juta.
“Kualitas harus selalu dijaga, nanti untuk biaya sertifikasi dapat
ditanggung melalui APBD Kabupaten Boyolali yang merupakan tugas Pemkab
sebagai bentuk dukungan,” tegasnya.
Ekspor dilakukan oleh Aliansi Petani Padi Organik Boyolali
(Appoli), khususnya produksi beras organik dari para petani Desa Catur
Kec. Sambi dan Desa Dlingo Kec. Mojosongo. Menurut Ketua Appoli Susatyo,
semestinya ekspor dapat dilakukan Maret kemarin. Namun karena
terkendala sertifikasi sehingga ekspor harus mundur Mei ini.
“Untuk pertama ini kami ekspor perdana sebanyak satu kontainer
sekitar 19 ton beras, direncanakan bulan Maret kemarin, namun sempat
tertunda sertifikasi produk,” terang dia di sela-sela launching perdana ekspor di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Teras, Senin 10/5/2013.
Adapun jenis beras yang diekspor adalah beras Pandanwangi, beras
hitam, dan beras merah, yang keseluruhannya merupakan varietas unggulan
di wilayah Boyolali. Sementara ini beras yang diekspor merupakan hasil
produksi petani Ds. Dlinggo dan Ds. Catur, dengan luasan tanam sekitar
77 hektare yang digarap 269 petani.
Keberhasilan Appoli mengekspor beras tidak lepas dari kerja
sama dengan lembaga donor dari Belgia, Veco Indonesia dengan menggandeng
LSK Bina Bakat Surakarta sebagai pendamping Appoli. Menurut pegiat LSK
Bina Bakat Suswadi, butuh kerja keras dari semua pihak untuk mewujudkan
target ekspor beras ini, sehingga berhasil mengantongi Sertifikat
Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun sertifikasi dari lembaga
Institute for Marketecology (IMO).
Sertifikasi tersebut menjadi syarat penting agar produk beras organik
dari Boyolali dapat diterima di pangsa pasar internasional atau
diekspor. “Ditargetkan tahun 2013 ini dapat mengekspor 8 kontainer,
semoga di tahun-tahun ke depan dapat semakin meningkat,” kata dia.
Lebih lanjut Suswadi menyampaikan, pada saat ini disamping
beras organik yang telah mendapat SNI, pihaknya juga melakukan
pendampingan dan upaya sertifikasi produk pertanian Boyolali lainnya.
Setidaknya selain beras organik, saat ini sejumlah produk yang
disertifikasikan yakni sayur-sayuran untuk kelompok tani Kec. Cepogo,
serta garut dan palawija untuk petani di Kec. Andong, produk empon-empon
dari Kec. Simo dan Nogosari.
Selaku Pendamping Veco Indonesia Ropjer Eijkens, menyatakan
ekspor beras organik ini juga tak bisa dilepaskan dari dukungan dan
kebijakan Pemkab. Boyolali. Sehingga pihaknya berharap padi organik di
Boyolali dapat dikembangkan lagi, mengingat beras ini cukup diminati di
pangsa pasar internasional. ( jglo/ sen )