Minggu, 12 Mei 2013

BOYOLALI EKSPOR PERDANA BERAS ORGANIK

gambar tidak tersedia

BOYOLALI- Sebagai salah satu beras penyangga pangan Prov. Jateng, Kab. Boyolali berupaya meningkatkan hasil produksi beras. Salah satu produk yang patut dibanggakan adalah hasil produksi berasorganik dari para petani Boyolali, yang berhasil mengkespor beras ke luar negeri. Ekspor perdana ke benua eropa dengan tujuan Negara Belgia sebanyak satu kontainer untuk tiga jenis beras.

Bupati Boyolali Drs. Seno Samodro menyatakan kebanggaannya, bahwa para petani Boyolali sudah mampu mengekspor beras ke luar negeri. Bupati menyampikan dukungan upaya ekspor tersebut, dengan catatan tentunya para petani harus selalu menjaga kualitas produksi beras mereka.
Di sisi lain untuk pengembangan produk ekspor pertanian lainnya, Bupati menyatakan disamping dukungan, juga akan membantu peralatan kemas, vacum press, serta siap menanggug biaya sertifikasi produk. Pasalnya, sertifikasi produk diakui cukup mahal bagi para petani, yakni di kisaran Rp 80 juta.
“Kualitas harus selalu dijaga, nanti untuk biaya sertifikasi dapat ditanggung melalui APBD Kabupaten Boyolali yang merupakan tugas Pemkab sebagai bentuk dukungan,” tegasnya.
Ekspor dilakukan oleh Aliansi Petani Padi Organik Boyolali (Appoli), khususnya produksi beras organik dari para petani Desa Catur Kec. Sambi dan Desa Dlingo Kec. Mojosongo. Menurut Ketua Appoli Susatyo, semestinya ekspor dapat dilakukan Maret kemarin. Namun karena terkendala sertifikasi sehingga ekspor harus mundur Mei ini.
“Untuk pertama ini kami ekspor perdana sebanyak satu kontainer sekitar 19 ton beras, direncanakan bulan Maret kemarin, namun sempat tertunda sertifikasi produk,” terang dia di sela-sela launching perdana ekspor di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Teras, Senin 10/5/2013.
Adapun jenis beras yang diekspor adalah beras Pandanwangi, beras hitam, dan beras merah, yang keseluruhannya merupakan varietas unggulan di wilayah Boyolali. Sementara ini beras yang diekspor merupakan hasil produksi petani Ds. Dlinggo dan Ds. Catur, dengan luasan tanam sekitar 77 hektare yang digarap 269 petani.
Keberhasilan Appoli mengekspor beras tidak lepas dari kerja sama dengan lembaga donor dari Belgia, Veco Indonesia dengan menggandeng LSK Bina Bakat Surakarta sebagai pendamping Appoli. Menurut pegiat LSK Bina Bakat Suswadi, butuh kerja keras dari semua pihak untuk mewujudkan target ekspor beras ini, sehingga berhasil mengantongi Sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun sertifikasi dari lembaga Institute for Marketecology (IMO).
Sertifikasi tersebut menjadi syarat penting agar produk beras organik dari Boyolali dapat diterima di pangsa pasar internasional atau diekspor.  “Ditargetkan tahun 2013 ini dapat mengekspor 8 kontainer, semoga di tahun-tahun ke depan dapat semakin meningkat,” kata dia.
Lebih lanjut Suswadi menyampaikan, pada saat ini disamping beras organik yang telah mendapat SNI,  pihaknya juga melakukan pendampingan dan upaya sertifikasi produk pertanian Boyolali lainnya. Setidaknya selain beras organik, saat ini sejumlah produk yang disertifikasikan yakni sayur-sayuran untuk kelompok tani Kec. Cepogo, serta garut dan palawija untuk petani di Kec. Andong, produk empon-empon dari Kec. Simo dan Nogosari.
Selaku Pendamping Veco Indonesia Ropjer Eijkens,  menyatakan ekspor beras organik ini juga tak bisa dilepaskan dari dukungan dan kebijakan Pemkab. Boyolali. Sehingga pihaknya berharap padi organik di Boyolali dapat dikembangkan lagi, mengingat beras ini cukup diminati di pangsa pasar internasional. ( jglo/ sen )