Jumat, 05 Juli 2013

Monumen Jokosongo

Monumen Jokosongo awalnya adalah Makam Pahlawan dari para Tentara Pelajar yang tergabung di Pasukan ALAP-ALAP yang gugur melawan penjajah Belanda pada saat clash ke II tahun 1948. ALAP-ALAP sebenarnya singkatan dari Angudi Leburing Angkoro Penjajah, Amrih Luhuring Anak Monumen Pahlawan Joko Songo
Pada sejarah gugurnya Sembilan Pahlawan Joko Songo di daerah Kecamatan Matesih kabupaten Karanganyar, tidak lepas dari kondisi dan situasi daerah Matesih sebelum dan
sesudahnya “Joko Songo” gugur sebagai Pahlawan Kusuma Bangsa. Pada saat meletusnya revolusi kemerdekaan Republik Indonesia, muncullah bermacam bentuk pasukan untuk melawan penjajah yang antara lain ; Pasukan ALAP-ALAP, Pasukan Garuda, Pasukan Laskar Rakyat, Pasukan Tentara Pelajar dan lain lain.
Pasukan ALAP-ALAP yang sejak clash I telah memperoleh tugas-tugas di medan pertempuran di Mranggen, Alas Tuwo, Genuk, Srondol, Ungaran, Salatiga dan bersama pasukan lain, juga ditugaskan di wilayah Mangkoenegaran dan Kasunanan. Kemudian pada saat itu para pasukan menerima Dekrit Presiden yang menentukan bahwa pertahanan dilaksanakan oleh Tentara Nasional dan Laskar Partikelir dilarang. Pada saat itulah di ambil inisiatif dari pimpinan Laskar Rakyat dan ALAP-ALAP , untuk menyusun suatu Batalyon 23 Brigade XXIV Divisi IV Surakarta.
Batalyon Brigade 23 kemudian dikenal dengan sebutan Batalyon ALAP-ALAP dan berkedudukan di Gedung Sasono Pustoko Mangkunegara, sedang pasukannya berkedudukan di Suryo Suwitan dan Moyoretno Matesih Karanganyar.
Pada clash ke II Pasukan ALAP-ALAP tersebar di disekitar kota Solo, dalam melawan Belanda yang di wilayah timur keberadaan pasukan tersebut berpusat di Matesih dan Tawangmangu.
Pada tanggal 5 Januari 1949, di daerah Pablengan/Doplang pada jam 15.00 s.d jam 17.00 WIB terjadi pertempuran antara pasukan Tentara Pelajar (TP) dengan kelompok Pasukan Belanda yang sedang patroli dengan kendaraan panser yang memasuki daerah tersebut
Dalam pertempuran itu gugurlah delapan (8) orang Tentara Pelajar yang diantaranya adalah sdr. SOENARTO putra dari Bapak Martoyono Kepala Pasar Matesih, Anggota Staf Logistik Pasukan ALAP-ALAP. Dua hari kemudian dalam pertempuran serupa , gugur lagi seorang Tentara Pelajar (TP) yaitu sdr. WALUYO putra DARI Bapak Lurah Pablengan, pertempuran terjadi di daerah Tawangmangu. Sembilan Tentara Pelajar (TP) yang gugur di Matesih dan Tawangmangu tersebut dimakamkan di Makam Pahlawan Matesih. Kesembilan tentara pelajar tersebut adalah : LAKTOTO, SOENARTO, MOERJOTO, SLAMETO, ROESMAN, SOEKOTO, SOEPRIYADI, SALAM HASYIM, WALUYO. Karena, kesembilan TP yang gugur tadi kesemuanya masih jejaka maka Makam tersebut kemudian diberi nama Makam Pahlawan ‘JOKO SONGO’.